
Tarif murah yang ditawarkan maskapai penerbangan tak akan menjadi penentu keterlibatan mereka dalam angkutan penerbangan haji 2011. Anggota Komisi VIII DPR Said Abdullah mengatakan, hanya maskapai yang mengutamakan kualitas pelayanan yang bakal dipilih untuk menerbangkan jamaah haji ke Tanah Suci.
“Yang kita inginkan bukan murah meriah mencret,” ujar anggota DPR dari Fraksi PDIP itu seusai rapat dengar pendapat antara Komisi VIII dan PT Garuda Indonesia di Jakarta, Senin (20/6). Rapat dengar pendapat pembahasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) itu berlangsung tertutup.
Said mengungkapkan, pemerintah dan DPR mem buka peluang bagi maskapai penerbangan lain, di luar Garuda Indonesia, untuk memunculkan kompetisi harga. Menurut dia, dari kompetisi acuan harga tersebut diharapkan biaya penerbangan haji 2011 bisa mengalami penurunan secara signifikan.
Meski begitu, kata Said, harga murah juga bukan jaminan. Karena itu, Komisi VIII akan menghitung akibat-akibat yang mungkin terjadi. Pihaknya mendesak agar maskapai penerbangan yang terlibat dalam angkutan jamaah haji 2011 memenuhi standar dan prosedur pelayanan yang berkualitas.
Tahun lalu, terdapat dua maskapai yang menerbangkan jamaah haji, yakni Garuda Indonesia dan Saudi Arabia Airlines. Di antara ke dua maskapai itu, menurut Said, Saudi Arabia Airlines kurang profesional lantaran hanya sanggup mengangkut jamaah yang berada di embarkasi padat jamaah, seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Agama Suryadharma Ali mengungkapkan, maskapai Batavia juga telah mengajukan proposal penawaran untuk menerbangkan jamaah haji ke Tanah Suci. Proposal penawaran yang diajukan Batavia itu akan dikaji dan dibahas oleh pemerintah dan Komisi VIII DPR.
Terkait adanya rencana keterlibatan maskapai lain dalam penerbangan haji 2011, PT Garuda Indonesia menolak untuk berkomentar. Hanya saja, menurut Direktur Operasional PT Garuda Indonesia Ari Sapari, penerbangan haji adalah proyek nasional. Proyek tersebut, kata dia, tidak bisa dijadikan ajang uji coba.
Terlebih, kata dia, dalam catatan sejarah haji Indonesia, pernah ada sebuah mas kapai yang dilibatkan, tetapi gagal memberangkatkan jamaah haji ke Tanah Suci. Yang rugi adalah jamaah, ungkapnya.
Garuda Indonesia, ujar Ari, kesulitan untuk menurunkan besaran biaya penerbangan haji tahun 1432 H/2011 M. Hal itu terkait dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang mencapai 40 persen. Pihaknya mempre diksi, pada musim haji mendatang, kenaikan harga avtur akan mencapai 38-40 persen.
Kenaikan bia ya penerbangan juga disebabkan naik nya biaya ground handling hingga 40 persen. (rep/nashih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar