Banyak cerita unik, terkadang sulit dicerna akal,
ditemukan saat musim haji tiba. Salah satunya jalan hidup Nasiyati (63 tahun),
calon haji asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Berawal dari mimpi memijat,
belasan tahun kemudian dia mampu berhaji ke Tanah Suci, Arab Saudi.
Nasiyati mungkin tidak mengira tahun ini dia bisa
berangkat ke Tanah Suci di Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji. Berasal
dari keluarga buruh pabrik, tiada uang bisa dia tabung untuk ongkos haji. Upah
buruh suaminya hanya cukup makan sehari-hari.
Tetapi Allah punya rencana lain. Semua bermula
ketika suami Nasiyati, Sadikin (75 tahun), berhenti kerja di sebuah pabrik es
di Situbondo pada 2002 silam.
"Suami saya berhenti kerja di pabrik es.
Sejak itu enggak kerja," kata Nasiyati ditemui wartawan di Asrama Haji
Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu, 5 Agustus 2017.
Suatu hari, Nasiyati bermimpi ada orang tua
menyuruh dirinya agar melakoni pekerjaan memijat. Dalam mimpi, dia bingung.
Nasiyati tidak punya keahlian memijat. Waktu itu, selain mengurus pekerjaan
rumah, dia hanya bisa berjualan kecil-kecilan, sekadar meringankan ekonomi
keluarga.
Terlihat ragu, orang tua dalam mimpi itu
menawarkan diri mengajari Nasiyati cara memijat. Mimpi didatangi guru pijat itu
dialami Nasiyati setiap malam selama seminggu berturut-turut.
"Saya ceritakan mimpi itu pada bapak (sang
suami)," ujar Nasiyati.
Sang suami menyarankan agar Nasiyati menuruti
perkataan orang tua dalam mimpi tersebut. Dia mengangguk. Percobaan pertama
dipraktikkan Nasiyati kepada tetangganya yang kebetulan kala itu didera sakit
pinggang.
"Saya pijat, alhamdulillah, sembuh,"
cerita dia.
Kemampuan memijat 'tiba-tiba' Nasiyati itu
kemudian menyebar dari mulut ke mulut. Makin lama pasiennya kian banyak. Selain
di rumah sendiri, dia juga melayani jasa pijat di rumah pasien.
"Dulu bapak yang ngantar pakai sepeda angin,
sekarang bapak sudah tidak kuat. Saya naik becak," katanya.
Setiap hari, Nasiyati mampu memijat antara empat
sampai tujuh pasien. Pelanggannya tidak hanya warga biasa, ada pula pejabat
pemerintah Kabupaten Situbondo, juga hakim pengadilan negeri setempat.
"Bayarnya tidak pasti. Kadang ada yang
ngasih Rp30 ribu, kadang ada yang seratus ribu," katanya.
Sukses sebagai tukang pijat, muncul keinginan
Nasiyati untuk melaksanakan ibadah haji. Ia kemudian menabung dan mendaftar
haji bersama suaminya.
"Mulai menabung sebelum tahun 2010. Daftar
haji untuk saya dan suami, pakai uang pijat," kata Nasiyati.
Kini, impian Nasiyati dan suaminya dikabulkan
Tuhan. Tergabung dalam Kelompok Terbang 31 Embarkasi Surabaya, pasutri
Nasiyati-Sadikin terbang dari Bandara Internasional Juanda Surabaya menuju
Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdulaziz Madinah, Arab Saudi, pada
Sabtu malam, 5 Agustus 2017.(viva.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar