Sabtu, 20 Agustus 2016

Srikandi Sektor Khusus Masjidil Haram


Jemaah haji Indonesia terus berdatangan ke Makkah Al-Mukarramah sejak tiga hari terakhir. Data Siskohat Kemenag, sampai Jumat (19/08) pukul 17.00 waktu Arab Saudi, sebanyak 10.286 jemaah haji Indonesia sudah tiba di kota kelahiran Nabi Muhammad Saw.
 

Aktivitas perdana mereka di kota Makkah adalah menjalankan umrah wajib. Karena wajib, mereka harus melaksanakan seluruh rangkaian umrahnya, terutama tawaf di Mathaf dan sai di Masa, dengan benar.

Terkait hal ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah membentuk Sektor Khusus (Seksus) Masjidil Haram yang bertugas memberikan perlindungan kepada jemaah saat beribadah selama dua puluh empat jam. Dengan kekuatan 23 personil, tim ini bekerja secara simultan dalam dua shift, masing-masing 12 jam.

Dalam praktiknya, mereka tidak hanya melindungi, tetapi juga tidak jarang merangkap sebagai pembimbing ibadah. Semua anggota Seksus sudah saya tekankan agar dia menanyakan kesempurnaan ibadah yang dilaksanakan jamaah haji, apakah sudah tawaf dan sai ataukah belum, tegas Kepala Sektor Khusus Ali Nurokhim saat ditemui di kantor sektor, Jumat (19/08).

Jika menemui jemaah yang bingung dan belum menyelesaikan umrahnya, menjadi tugas tim Seksus untuk mendampinginya menyelesaikan ibadah. Sebagai contoh, Ali berkisah tentang dua jemaah asal Embarkasi Medan (MES) yang didapati tim Seksus sedang bingung karena terpisah dari rombongan bahkan sejak sebelum masuk Masjidil Haram.
 

"Saya melihat mereka sudah tidak konsentrasi lagi dalam proses ibadah, karena mencari rombongannya. Karena keduanya lanjut usia, tidak mungkin melepas begitu saja. Setelah Salat Subuh, lokasi Mataf padat oleh jemaah yang tawaf. Tim Seksus pun mendampingi keduanya melaksanakan tawaf dan sai. Setelah selesai, baru mereka diantar ke terminal sesuai arah pulang ke pemondokannya," demikian sepenggal kisah Ali terkait tugas tim Seksus Masjidil Haram.

Menurutnya, sejak hari pertama kedatangan jemaah di Makkah, penanganan jemaah bingung dan salah jalan cukup banyak. Ada kalanya mereka sendirian atau rombongan, dalam keadaan sehat atau ada juga yang sakit. "Barusan kami menemukan jemaah yang tersesat jalan dalam keadaan kurang sehat atau sakit," terang Ali mengawali kisah lainnya.

Karena sakit, lanjut Ali, tim seksus membawanya ke kantor untuk ditangani tim kesehatan Seksus. Setelah beristirahat, jemaah yang masih mengenakan pakaian ihram ini ditanya tentang umrah yang sedang dilakukannya. Dia mengaku kalau sainya belum selesai, karena baru empat kali perjalanan Shafa Marwah. "Kami cari kursi roda dan mengantarnya untuk menyelesaikan sai, lalu kembali ke kantor untuk di antar ke pemondokan dengan mobil Seksus," tuturnya.
 

Ali menilai, kasus jemaah bingung saat melaksanakan umrah perdana merupakan hal wajar, karena mereka memang baru datang ke Tanah Suci. Untuk itu, Ali mengimbau jemaah tidak perlu panik dan khawatir karena ada petugas haji yang siap membantu. "Tidak perlu ada kekhawatir salah jalan saat di Masjidil Haram, karena kami anggota Seksus Masjidil Haram siap melayani jemaah haji Indonesia selama 24 jam," tandasnya.

Mabes Polri

Namanya Ipda Vivi dan Iptu Yanti. Keduanya adalah Srikandi dari Mabes POLRI dan TNI AU yang mendapat amanah sebagai bagian petugas Sektor Khusus Masjidil Haram.

Tugasnya jelas, memberikan perlindungan kepada jemaah haji Indonesia yang sedang beribadah di Masjidil Haram. Jika menemui jemaah yang belum menyelesaikan umrah wajibnya, mereka juga harus mendampingi jemaah untuk menyempurnakan ibadahnya.
 

"Alhamdulillah, saya bisa bertugas di sini. Ini pengalaman pertama saya. Saya sangat terharu sekali ketika melihat ada jemaah tersesat dan kita bisa mengantarkan jemaah sampai ketemu rombongannya. Itu pegalaman yang luar biasa sekali, terharu," kisah Vivi saat berbagi pengalaman dengan tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah, Jumat (19/08).

Tiga hari sejak kedatangan jemaah haji Indonesia di Makkah Al-Mukarramah, Ipda Vivid an Iptu Yani mendapat giliran berjaga malam di pos pintu Marwah. Sektor khusus beranggotakan 23 personil yang dibagi dalam dua shift kerja (12 jam) dan ditempatkan di lima pos. Selain pos kantor seksus, ada 4 pos di Masjidil Haram, yaitu: pos King Abdullah, Pos Zamzam Tower, Pos Hajar Aswad dan Pos Marwah.

Meski jemaah Indonesia yang sudah di Makkah baru sekitar 10ribuan jemaah, namun kasus jemaah tersesat jalan cukup banyak. Menurut Vivi, hal yang harus dilakukannya adalah mengarahkan mereka ke terminal asal kedatangannya. "Kita mengarahkan mereka dari mana mereka awal datang ke haram. Dari situ, kita tunjukan terminal kedatangan mereka. Jadi kita menunjukan ke arah terminal saat mereka datang ke haram," ujarnya.
 

Ditanya soal pengalaman paling berkesan, Vivi berkisah tentang pertemuannya dengan jemaah yang benar-benar buta dengan kondisi Masjidil Haram. Dia tertinggal dari rombongannya. Kondisinya semakin kompleks karena jemaah tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya berbahasa daerah.
 

Bahkan, dia juga tidak tahu tata cara ibadah. Saat ditanya, dia mengatakan kalau belum menyelesaikan tahapan tahapan ibadah umrahnya. "Di situ kita harus membimbing agar dia bisa melaksanakan ibadah umrahnya dengan sempurna," kenangnya dengan mata berkaca.
Kisah berbeda dialami Iptu Yanti. Saat itu dia bertemu dengan beberapa jemaah haji Indonesia yang terpisah dan tertinggal dari rombongannya. Mereka semua dalam keadaan lapar karena belum makan. Bingung dengan lingkungan barunya, mereka juga belum melaksanakan rangkaian ibadah umrahnya.

 

"(Karena mereka lapar) Kita antar ke sini (kantor Seksus) untuk diberikan makan terlebih dahulu. Setelah itu, baru diantar ke tempat tawaf dan sai untuk melaksanakan umrahnya. Lalu dipertemukan kembali dengan rombongannya," urainya dengan mata yang juga berkaca.
 

Baik Ipda Vivi dan Iptu Yanti mengaku sempat sempat menangis dalam rasa harunya. Bagi mereka, bisa membantu jemaah yang benar-benar kesulitan karena tersesat jalan dan tertinggal dari rombongannya, lalu bisa mempertemukan meraka kembali merupakan hal luar biasa. "Bapak yang saya antar itu merasa terbantu sekali dengan keberadaan kita di Masjidil Haram, dan itu merupakan hal yang luar biasa buat saya," tuturnya sedikti tercekat oleh linang mata yang coba ditahannya.
 

Kesulitan dalam bertugas selalu ada, tapi baik Ipda Vivi dan Iptu Yanti menjadikannya sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Meski demikian, keduanya berharap jemaah haji Indonesia bisa segera beradaptasi dan mengenali lingkungan Masjidil Haram sehingga bisa beribadah dengan baik.
 

Untuk jemaah yang baru datang dan akan menjalani umrah wajib, keduanya berpesan agar tetap tenang dan tidak perlu khawatir karena mereka bersama petugas haji lainnya siap memberikan perlindungan dan bimbingan.(kabar24.bisnis.com)

Tidak ada komentar: