Rabu, 19 Desember 2007

Amirul Haj : Ibadah Haji, Pengukuhan Tauhid Kepada Allah

Ibadah haji adalah pengukuhan tauhid dan refleksi kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, komitmen menegakkan kebenaran, menyebar kasih sayang dan membina persaudaraan. Ibadah ini juga bertujuan merekonstruksi manusia untuk kembali ke fitrahnya, bertauhid dan berakhlakul karimah, kata Amirul Haj Muhammad Maftuh Basyuni dalam sambutan wukuf di Arafah, musim haji 1428 H/2007 M, di tenda utama misi haji Indonesia, Selasa (18/12).
Di Padang Arafah ini, al hajju Arafah, umat Islam dari seluruh dunia sedang melaksanakan puncak ibadah haji. Di tempat ini pula semua identitas sosial, kultural, politik, ekonomi, ideologi, aliran, suku bangsa, ras, jenis kelamin, warna kulit dan bahasa ditinggalkan.
Apakah dia seorang presiden, raja, menteri, legislatif, pedangang dan tukang sapu sekalipun. "Lihatlah, kita cuma memakai dua lembar kain, yang warnanya sama yaitu putih sebagai tanda kesamaan," katanya.
Wukuf merupakan padang masyhar, miniatur untuk introspeksi. Sebagai tempat pengadilan tertinggi bagi manusia kelak. Harta, kekayaan, anak cucu yang hebat dan kedudukan mentereng tak dapat memberi bantuan, katanya.
Maftuh yang juga Amirul Hajj mengatakan, gejolak masyarakat terjadi dimana-mana, seperti sengketa tanah, tawuran antarkampung, kisruh pemilihan lurah, bupati hingga gubernur. Termasuk aliran sesat, dekadensi moral, penyelewengan, kebocoran anggaran dan inrimidasi kepada lawan bicara.
Semua itu adalah dosa besar. Tanpa disadari pelakunya yang melakukan tindakan tak terpuji itu sudah menyandang haji. "Mungkin haji mereka tidak termasuk haji mabrur," ujar Maftuh.
Kemabruran haji seseorang terefleksi pada kesalehannya dalam beribadah. Termasuk dalam sikap, tingkah laku dan tutur kata senantiasa memberikan kebaikan. Baik kepada dirinya maupun kepada sesama lingkungannya, ia menjelaskan.
Haji mabrur harus diperjuangkan guna menjaga kemabruran itu dalam diri sendiri. Sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, bangsa dan negara, ia menambahkan.
Sebelumnya Dubes Arab Saudi dan Kesultanan Oman, Salim Segaf al Jufrie menjelaskan tentang pentingnya manusia bersukur kepada Allah yang maha penyayang. Karena sayangnya pula Allah mengumpulkan jutaan manusia di Padang Arafah untuk saling mengenal dengan bangsa lain.
Masih banyak orang tak bersukur dengan mengabaikan keseimbangan lingkungan, ekosistem karena otaknya pun tak seimbang. Sesungguhnya Allah menciptakan alam dengan seimbang, katanya.
Untuk mencapai seimbang, katanya, otak manusia harus diisi dengan ilmu. Belajar berbagai hal. Itu saja tak cukup, hati manusia harus diisi dengan zikir untuk mengenal Allah. Otak manusia ada batasnya. Itu saja pun belum sempurna. Untuk itu manusia harus makan makanan yang halal, pakaian yang halal. Dengan cara itu, jika ia berdoa maka akan dikabulkan Allah, katanya.

Tidak ada komentar: