Kamis, 19 Juli 2007

Menag : Depag Tidak Pernah Berfikir Menyelenggarakan Haji Laut

Menteri Agama menegaskan, Departemen Agama tidak pernah berfikir akan menyelenggarakan ibadah haji melalui laut. “Ide haji laut bukan keluar dari saya, tapi datang dari Ketua ICMI Muslimin Nasution,” jelas Menag kepada Pers di Jakarta, Selasa (17/7)
“Wacana haji laut ini memang ada , pertama dibawa oleh Muslimin Nasution Ketua ICMI yg memberi gambaran bahwa sudah saatnya kita kembali ke haji laut yang lebih nyaman dan lebih murah,” ucap Menag.
Saya sebagai orang yang cukup lama di Saudi, kata Menag, dan pernah ikut serta dalam penyelenggaraan haji laut, rasanya tidak seperti yang digambarkan. “Haji laut kesengsaraannya jauh lebih banyak dari kesenangannya,” kata Menag.
Menag menambahkan, itulah sebabnya pada tahun 1975, waktu itu Menag dijabat oleh Mukti Ali sebagai Menag yang pertama kali melaksanakan ibadah dengan kapal terbang, dia mengatakan alangkah baiknya jika melaksanakan ibadah haji dengan kapal terbang, Ide dan wacana haji laut, kata menag, memang saya tidak tolak, tapi saya minta supaya dipikirkan masak-masak karena ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan secara cermat. “Jadi, kalau saya ditanya soal setuju atau tidak, saya sebetulnya keberatan, karena Pakistan dan India juga sudah menghapus haji laut,” ucapnya.
Ia mengatakan, harus diperhatikan hambatan dari penyelenggaraan haji lewat laut. Yaitu, perubahan iklim yang ekstrim dan berpengaruh terhadap jemaah. Belum lagi kepadatan pelabuhan di Arab Saudi, yang ketika musim haji lebih banyak kapal barang ketimbang ketimbang kapal penumpang.
Ketika menerima proposal tentang penyelenggaraan haji laut dari seorang kapten Andi di Jeddah, Maftuh mendapat penjelasan bahwa haji lewat laut dapat menghemat biasa sebesar 400 dolar per orang dan dapat mengakut jemaah sebanyak 300 orang. "Bagi saya, hitungan itu belum dapat dipertanggungjawabkan," katanya.
Pasalnya, menyelesaikan administrasi keimigrasian dalam waktu cepat dan jumlah orangnya banyak sangat sulit dilakukan. Belum lagi kapal pengangkut jemaah harus sandar di pelabuhan selama jemaah melaksanakan kewajibannya. "Kapal harus menunggu 10-15 hari. Itu sangat tak mungkin," katanya.
Belakangan ini, lanjut dia, beberapa negara Muslim cenderung menggunakan angkutan udara untuk jemaah haji. Selain efisien juga memberikan kenyamanan lebih baik bagi jemaah."Sebagai informasi, India dan Pakistan saja sudah meninggalkan angkutan haji laut. Mereka menggunakan angkutan udara. Itu berarti, angkutan laut untuk haji lebih banyak kesulitannya daripada kemudahan," ujar Menteri Agama.

Tidak ada komentar: