Soal Penyelenggaraan Haji

Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher pernah mengibaratkan operasional penyelenggaraan haji seperti operasi “desert storm” operasi “badai gurun” yang dipimpin oleh Jenderal Norman Schwarzkopf dari AS dan melibatkan angkatan bersenjata dari 32 negara ketika membebaskan Kuwait dari invasi Irak di bawah kekuasaan Sadam Husein.

Bedanya, kata Tarmizi, operasi badai gurun memobilisasi 200 ribuan pasukan yang sangat terlatih dan siap diterjunkan ke medan pertempuran. Sementara operasional haji menggerakan orang dengan beragam latar belakang, pendidikan dan budaya berbeda menuju Arab Saudi dengan waktu yang relatip terbatas.

Tapi ada juga yang mengibaratkan penyelenggaraan haji itu, seperti kita melaksanakan pesta di rumah orang lain. Jemaah haji kita akan berada di Arab Saudi rata-rata 36 hari, jadi kita harus taat dan patuh terhadap segala aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi.

Operasional haji merupakan kegiatan menggerakan 189 ribu orang jemaah haji biasa dan 16 ribu jemaah BPIH khusus. Mereka diberangkatkan dari 9 titik embarkasi di tanah air menunju Arab Saudi dengan waktu relatip terbatas (1 bulan), menggunakan jasa penerbangan, dengan profile asal usul jemaah yang beragam bahkan sebagin besar mereka baru pertama kali melakukan perjalanan jauh atau ke luar negeri.

Aspek penyiapan jemaah, melibatkan kepanitian daerah kabupaten/kota, kepanitian propinsi, kepanitian embarkasi, kepanitian pusat, dan kepanitian di Arab Saudi yang terbagi lagi menjadi kepanitian daker, sub daker dan sektor. Operasional haji didukung oleh personil yang cukup besar karena seluruhnya mencakup aspek pelayanan administrasi, kesehatan, angkutan darat dan udara, akomodasi, bimbingan jemaah dan pengamanan.

Penyelenggaraan haji mencakup aspek geografis dan besarnya personil yang harus dilibatkan. Belum lagi pos pembiayaan yang harus dilakukan meliputi pembiayaan dalam negeri 10 pos pembiayaan dengan 40 komponen pengeluaran. Pembiayaan di Arab Saudi, 12 pos pembiayaan dengan 16 komponen pengeluaran.