Ribuan calon jamaah umrah gagal berangkat ke Tanah Suci. Keterlambatan approval visa dari Departemen Haji Arab Saudi menjadi penyebabnya.
Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah (Himpuh), Baluki Ahmad, mengatakan, kegagalan calon jamaah umrah berangkat ke Tanah Suci tidak semata-mata persoalan kesiapan travel (perusahaan penyelenggara umrah) di Indonesia, tetapi juga karena regulasi umrah yang belum kondusif di Arab Saudi. Kerusakan sistem barcode, dikatakan Baluki, juga menjadi kendala keterlambatan visa.
"Masalah visa umrah tahun ini adalah yang terburuk dibanding tahun-tahun sebelumnya," ujar Baluki kepada Republika, Senin (28/2).
Beberapa hari ini, lanjut dia, pengajuan visa di Kedutaan Arab Saudi sangat menumpuk. Menurutnya, saat ini prosedur permohonan visa umrah tidak semudah tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana pada penyelenggaraan haji, Depertemen Haji Arab Saudi kini membatasi atau menetapkan kuota jamaah umrah kepada operator resmi penyelenggara ibadah haji dan umrah Arab Saudi. Melalui operator itulah, perusahaan penyelenggara haji dan umrah di seluruh dunia mengadakan kontrak untuk memproses visa dan memberangkatkan jamaah, baik haji maupun umrah.
Departemen Haji Arab Saudi memberlakukan prosedur pemberian visa kepada operator haji dan umrah berizin jika operator menunjukkan kesiapan hotel yang akan dipakai kliennya. Menurut Baluki, hal itulah yang menyulitkan karena yang mengurusi hotel adalah travel, bukan operator haji dan umrah Arab Saudi. "Itulah mengapa visa sering terlambat. Ini terjadi bukan untuk jamaah umrah Indonesia saja."
Problem visa bertambah pelik ketika terjadi kerusakan sistem barcode di Departemen Haji Arab Saudi. Karena kerusakan sistem itu, kata Baluki, visa yang sudah mendapat approval tidak keluar barcode-nya. "Makanya banyak di antara calon jamaah yang sudah sampai bandara tapi visa tidak keluar."
Atas persoalan ini, Baluki mengaku sangat prihatin, tidak hanya kepada jamaah, tetapi juga kepada para pengelola travel. Pasalnya, kedua belah pihak dirugikan oleh kebijakan umrah yang berubah-ubah dari Arab Saudi. "Karena itu, kami minta kejelasan dari operator haji dan bagaimana persoalan ini cepat selesai."
Akibat masalah visa ini, pihak travel menderita kerugian mulai dari biaya tiket sampai biaya hotel yang hilang. Di samping itu, travel juga harus menjadwal ulang pemberangkatan dan pemesanan tiket pesawat.
"Saya berharap maskapai penerbangan bisa memahami ini, janganlah semua biaya dipotong karena kami juga tidak mengambil fasilitas dari maskapai penerbangan."
Masalah klasik
Presiden Direktur Al-Amin Tours, Muhammad Suharli, mengatakan, masalah keterlambatan visa umrah di awal tahun merupakan masalah klasik.
Penyebabnya tak lain, regulasi umrah yang selalu berubah di Arab Saudi. "Sehingga menimbulkan berbagai persolan baru, khususnya yang terkait dengan visa," kata Suharli.
Di samping regulasi umrah yang berubah-ubah, animo masyarakat untuk menunaikan umrah biasanya meningkat di awal tahun.
Pasalnya, setelah Ramadhan tidak ada ibadah umrah, sehingga ada jeda waktu lima bulan sampai Rabiul Awal untuk dapat melaksanakan umrah. "Saya kira, problem keterlambatan visa akan selesai mulai Maret." (Republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar